BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Senyawa
organik tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari makanan yang
dimakan sampai pakaian mengandung senyawa organik. Pada umumnya senyawa organik
merupakan senyawa yang mengandung unsur Karbon (C), selain itu juga terdapat
Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Sulfur (S), dan Posfor (P). Senyawa organik
dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam.
Senyawa organik banyak terkandung dalam jasad hidup. Banyak di antara senyawa
organik seperti protein, lemak, dan karbohidrat merupakan komponen penting
dalam kehidupan.
Sifat
fisik senyawa organik seperti titik leleh, titik didih kelarutan tergantung
pada struktur, gugus fungsi dan berat molekul. Gugus fungsi suatu molekul
organik sangat menentukan sifat reaksinya. Dalam senyawa organik ada beberapa
reaksi yang terjadi yaitu reaksi adisi, reaksi substitusi, reaksi eliminasi,
reaksi oksidasi, reaksi reduksi dan reaksi polimerisasi dan reaksi lainnya.
Reaksi-reaksi tersebut sangat mempengaruhi struktur dari senyawa organik.
Akibat dari adanya reaksi suaru senyawa dapat membentuk endapan, gas, perubahan
suhu, dan perubahan warna. Prakikum ini penting agar praktikan dapat menentukan
reaksi senyawa organik.
1.1
Tujuan
Percobaan
Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan beberapa reaksi senyawa organik seperti reaksi adisi dan
reaksi substitusi.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Reaksi adisi adalah penambahan senyawa tertentu
pada senyawa tak jenuh. Reaksi ini lebih
mudah berlangsung dari pada reaksi-reaksi substitusi pada senyawa tak jenuh
terdapat ikatan yang tidak stabil, maka mudah mengikat atom yang lain. Reaksi
polimerisasi adalah proses pembentukan molekul polimer dari molekul yang sederhana. Reaksi substitusi khas
untuk golongan alkana. Gugus fungsi menggantikan atau H pada reaksi rantai atau
cincin (Keenan, 1987).
Polimer
sintetik diciptakan dengan menggabungkan monomer, satu demi satu. Reaksi ini
berlangsung melalui reaksi adisi. Reaksi adisi melibatkan senyawa tak jenuh
yang mengandung ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Ikatan rangkap tersebut
akan diputuskan menjadi ikatan tunggal. Hidrogenasi dan reaksi-reaksi hirdogen
halida dan halogen dengan alkena dan alkuna adalah contoh dari reaksi adisi (Chang,
2005).
Suatu karbon kation adalah
suatu zat antara yang tidak stabil dan berenergi tinggi yang dengan segera bereaksi
lebih lanjut. Salah satu karbon kation mencapai produk yang stabil adalah
dengan bereaksi dengan sebuah nukleofil. Karbon kation dapat memberikan sebuah
proton kepada suatu basa dengan suatu reaksi eliminasi. Dalam reaksi substitusi alkil halida ion halida yaitu ion yang paling mudah menggantikan baru ion bromida dan
kemudian klorida karena merupakan baja yang lebih kuat dari pada klorida yang
lain. Hal ini disebabkan karena ikatan C-F lebih kuat dari pada ikatan C-X lain
(Fessenden, 1982).
Reaksi kimia organik dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu macam
reaksinya dan bagaimana reaksi dapat terjadi. Terdapat empat tipe reaksi
organik, yaitu reaksi adisi, eliminasi, substitusi, dan penataan ulang.
1.
Reaksi adisi
Terjadi
ketika dua reaktan bergabung satu sama lain menghasilkan produk baru tanpa
adanya atom yang pergi. Mari kita lihat reaksi antara suatu alkena dengan HBr:
Gambar 2.1 Reaksi etena dengan HBr
2.
Reaksi eliminasi
Reaksi
eliminasi merupakan kebalikan dari reaksi adisi, terjadi ketika reaktan tunggal
menghasilkan dua produk pecahan. Contohnya adalah reaksi alkil halida dengan
basa menghasilkan asam dan alkena.
Gambar 2.2 Reaksi bromometana dengan basa
3.
Reaksi substitusi
Terjadi
ketika dua reaktan bereaksi menghasilkan dua produk baru. Misalnya reaksi
alkana dengan Cl2 dengan adanya radiasi ultraviolet menghasilkan
alkil klorida. Satu atom Cl dari Cl2 menggantikan posisi H pada
alkana, dan dua produk baru terbentuk.
Gambar 2.3 Reaksi metana dengan Cl2
4.
Reaksi penataan ulang
Terjadi
ketika satu reaktan mengalami penataan ikatan dan atom-atomnya menghasilkan
produk isomer. Misalnya konversi 1-butena menjadi 2-butena dengan katalis asam.
Gambar 2.4. Reaksi penataan ulang 1-butena
Penjelasan dan
penggambaran menyeluruh mengenai bagaimana suatu reaksi dapat terjadi disebut
mekanisme reaksi. Mekanisme menjelaskan secara detail dan eksak apa yang
terjadi pada tiap-tiap tahap dalam perubahan kimia, ikatan mana yang terputus
dan mana yang tidak, ikatan mana yang terbentuk dan mana yang tidak, serta
bagaimana kecepatan reaksi relatif tiap tahapnya. Mekanisme reaksi secara
lengkap juga menghitung jumlah reaktan yang digunakan, produk-produk yang
terbentuk, dan jumlah masingmasing produk (Prasojo, 2002).
Jika
sutu atom karbon terikat pada suatu gugus pergi mempunyai kemampuan membawa
pasangan elektron, maka suatu solvolisis unimolekuler (reaksi SN1) akan
terjadi, sebagai contoh :
Jadi proses SN1
berkaitan dengan reaksi SN2 seperti halnya dalam eliminasi E1 dengan eliminasi
E2. Berikut ini adalah karateristik reaksi ini.
a. Reaksi difasilitasi oleh substituen yang menstabilkan karbokation, yakni
gugus-gugus jenis +I dan/atau +M. jadi di antara alkil halida,
urutan reaktivitasnya adalah tersier > sekunder > primer. Gugus-gugus
eter yang dicirikan oleh gugus +M, sebagai contoh klorometil eter, mudah
sekali terhidrolisis dalam air.
b. Reaksi tidak terjadi pada pusat karbon tak jenuh; jadi etilen, asetilen,
dan halida aromatik tidak bereaksi melalui mekanisme SN1.
c. Atom karbon di mana substitusi terjadi tidak mempertahankan konfigurasinya.
Hal ini sebagai suatu fakta bahwa suatu karbokation berbentuk segitiga planar
yang dapat diserang dari setiap sisi sehingga senyawa aktif optis yang
dihasilkan merupakan campuran.
Probabilitas
serangan dari kedua sisi tampaknya sama, tapi secara normal dua produk
terbentuk dalam jumlah yang tidak sama, lebih banyak produk yang konfigurasinya
berlawanan dengan konfigurasi reaktan (inversi mendominasi retensi). Hal ini
terjadi karena gugus pergi melindungi atom karbon pada sisi di mana dia pergi
sehingga nukleofil lebih mudah menyerang dari sisi yang lain.
d. Eliminasi E1 berkompetisi dengan solvolisis SN1. Sebagai contoh:
Eliminasi lebih
disukai bila senyawa halidanya lebih teralkilasi karena produk olefinnya lebih
kuat terkonjugasi dengan alkil. Akan tetapi, rasio E1/SN1 tidak tergantung pada
sifat gugus pergi karena kedua proses tersebut terjadi setelah lepasnya gugus
pergi.
e. Sistem alilik menghasilkan campuran produk. Sebagai contoh krotil klorida dalam larutan aseton menghasilkan
krotil alkohol dan α-metilallil alkohol.
Hal ini adalah suatu hasil dari fakta bahwa karbokation antara yang
terbentuk adalah terdelokalisasi, dan dapat bereaksi pada masing-masing dari
dua atom karbon yang bermuatan positif (Firdaus, 2012).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan yaitu tabung reaksi beserta raknya dan pipet tetes.
Bahan yang digunakan yaitu minyak kelapa, 2-pentana, senyawa
organik tak jenuh, air brom dalam CCl4, larutan KMnO4,
benzena
dan etanol.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Reaksi Adisi
a. Uji Brom
Minyak
kelapa satu mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan lima tetes air brom, diamati perubahan warna larutan selama sepuluh menit. Setelah warna
air brom
hilang ditambahkan air brom terus-menerus sampai warna air brom tidak
berubah.
b. Uji Baeyer
Minyak
kelapa satu mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan satu mL etil alkohol,
ditambahkan lagi tiga tetes larutan KMnO4 2 % ke dalam campuran tersebut, dikocok dan diperhatikan
perubahan warna yang terjadi, ditambahkan lagi dua tetes larutan KMnO4, dikocok dan diamati lagi perubahan yang terjadi,
dilakukan penambahan terus-menerus hingga warna larutan KMnO4 tidak berubah lagi.
3.2.2 Reaksi
Substitusi
Benzena sebanyak
dua mL dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan tiga tetes air brom,
diletakkan
pada panas matahari dan diamati perubahan warna yang terjadi, dengan cara yang sama benzena yang telah ditambahkan air brom dan diletakkan diruang yang gelap. Diamati perubahan warna
air brom.
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan
No
|
Reaksi
|
Pengamatan
|
1
|
Reaksi adisi
a. Uji
brom
minyak
kelapa + air brom
ditambah
air brom terus-menerus
b. Uji baeyer
minyak
kelapa + etil alcohol
+ 3 tetes KMnO4
+ 2 tetes KMnO4
+ KMnO4 secara terus menerus
|
Warna minyak memudar
Warna
minyak sedikit oranye
Terbentuk 2 lapisan minyak berada
pada lapisan bawah dan etanol diatas
Terbentuk larutan ungu pekat
Warna minyak memudar dan
berubah menjadi coklat.
Warna
coklat
|
2
|
Reaksi Substitusi
- benzena + air brom (di tempat terang)
- benzena + air brom (di tempat gelap)
- heksana + air brom (di tempat terang)
- heksana + air brom (di tempat gelap)
|
Larutan
bening
Warna merah kecoklatan.
Larutan
bening.
Warna oranye.
|
4.2 Pembahasan
Reaksi-reaksi organik dapat
terjadi pada alkana, alkena, dan alkuna. Reaksi-reaksi senyawa organik juga
dapat digolongkan beberapa tipe, yaitu reaksi subtitusi, reaksi adisi, reaksi
eliminasi, dan reaksi oksidasi. Namun dalam
percobaan kali ini reaksi-reaksi organik yang di uji hanya reaksi-reaksi
senyawa organik alkena dan alkuna, dan yang di uji hanya meliputi dua jenis
reaksi, yaitu reaksi adisi dan reaksi subtitusi. Reaksi adisi merupakan reaksi
pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Sedangkan reaksi subtitusi
adalah reaksi penggantian suatu atom atau gugus atom menjadi atom atau gugus
atom yang lain.
Minyak merupakan senyawa
organik yang tak jenuh, yaitu senyawa yang memiliki ikatan rangkap. Komponen
penyusun utama minyak kelapa sawit adalah trigliserida. Minyak kelapa sawit
terdiri atas trigliserida yang merupakan ester dari gliserol. Minyak kelapa
sawit merupakan asam lemak berupa asam palmitat
atau asam heksadekanoat dengan rumus molekul C16H32O2.
Uji brom pada reaksi adisi
menggunakan minyak makan yang ditambahkan air brom. Uji brom ini bertujuan
untuk memutuskan ikatan rangkap yang ada pada minyak. Saat minyak ditambah
dengan beberapa tetes air brom, warna minyak akan berubah menjad lebih pudar.
Setelah ditambahkan beberapa tetes air brom dan didiamkan 10 menit, warna
minyak berubah menjadi warna kuning pudar. Fungsi air brom adalah sebagai
oksidator terhadap minyak. Sehingga minyak teroksidasi dan putusnya ikatan
rangkap pada minyak menyebabkan warna minyak memudar.
Memudarnya warna minyak
menandakan bahwa ikatan rangkap pada minyak telah putus. Akan tetapi, tidak
seluruhnya putus, artinya minyak masih tak jenuh. Uji brom pada reaksi adisi
ini ingin melihat minyak yang tak jenuh berubah menjadi jenuh, yaitu dengan
memutuskan ikatan rangkap pada minyak, dengan penambahan air brom terus-menerus
membuat warna minyak berubah menjadi warna air brom. Saat dilakukan percobaan,
air brom yang ditambahkan terus menerus sampai 20 tetes tidak mengubah warna
minyak menjadi warna air brom, diperlukan lebih banyak tetes air brom untuk
membuat minyak menjadi jenuh atau menjadi warna air brom. Namun 20 tetes air brom yang ditambahkan terus menerus juga memperlihatkan
sedikit adanya perubahan pada warna minyak. Warna minyak menjadi kuning
keemasan.
Uji Baeyer pada reaksi adisi menggunakan minyak kelapa yang
ditambahakan dengan etil alkohol. Penambahan etil alkohol pada minyak
menghasilkan dua lapisan zat yang tidak saling larut. Larutan ini tidak saling
larut disebabkan oleh perbedaan kepolaran. Minyak bersifat nonpolar, sedangkan
etil alkohol bersifat polar. Lapisan atas adalah etil alkohol dan lapisan bawah
adalah minyak. Perbedaan fase ini disebabkan oleh massa jenis kedua larutan.
Massa jenis etil alkohol lebih kecil daripada massa jenis minyak. Setelah
ditambahkan larutan KMnO4 maka larutan yang tidak saling larut
tersebut menjadi larut dan memilki warna ungu pekat.
Uji Baeyer yang dilakukan pada minyak untuk mengetahui adanya suatu ikatan
rangkap atau tidak atau untuk mengetahui minyak tersebut jenuh atau tidak. Larutan KMnO4 yang ditambahkan
pada uji Baeyer berfungsi sebagai oksidator terhadap minyak.
Saat terbentuk larutan berwarna ungu, ikatan rangkap pada minyak berikatan
dengan larutan KMnO4 dimana
ikatan rangkap pada minyak terputus dan mengikat atom O. Warna ungu pekat yang
terbentuk setelah ditambahkan KMnO4 memudar setelah ditambahkan lagi
beberapa tetes larutan KMnO4 pergesaran warna ini menandakan adanya
reaksi antara larutan. Ketika dilakukan penambahan KMnO4 terus
menerus, warnanya berubah menjadi warna coklat. Warna coklat ini muncul karena
adanya reaksi ion MnO4- dengan alkena atau alkuna. Saat
reaksi berlangsung, warna ungu dari ion permanganat diganti oleh warna coklat
dari mangan dioksidasi.
Reaksi subtitusi yang
dilakukan saat percobaan menggunakan larutan benzena yang ditambahkan dengan
air brom. Larutan ini dibuat menjadi dua bagian. Bagian pertama diletakkan
dibagian panas matahari, bagian kedua diletakkan di ruang gelap. Hasil yang didapatkan dari percobaan ini adalah, bagian
pertama pertama menghasilkan warna merah hati pudar. Sedangkan warna larutan
bagian kedua menghasilkan warna yang lebih gelap (merah gelap). Perbedaan warna
ini terjadi karena peletakan pada tempat yang berbeda. Cahaya matahari yang
digunakan berfungsi sebagai katalis (mempercepat reaksi). Cahaya matahari
membuat benzena lebih mudah teroksidasi sehingga Br2 lebih mudah
untuk berikatan dengan benzena.
Reaksi subtitusi pada
benzena termasuk reaksi subtitusi elektrofil. Benzena merupakan senyawa tak
jenuh. Namun senyawa benzena memiliki sifat yang berbeda dengan
senyawa hidrokarbon tak jenuh, yaitu benzena tidak mengalami reaksi adisi
melainkan reaksi subtitusi. Hal ini disebabkan oleh sifat resonansi pada
benzena. Benzena yang bereaksi dengan bromin akan membentuk radikal bebas dari halogen
pada reaksi subtitusi atom H digantikan oleh atom Br. Subtituen yang digunakan
pada reaksi subtitusi selain Br adalah Cl dan I.
Percobaan reaksi subtitusi
ini juga dilakukan dengan menggunakan larutan n-heptana yang ditambahkan dengan larutan bromin, larutan ini
menghasilkan warna yang berbeda. Bagian pertama menghasilkan larutan bening,
karena diletakkan di cahaya matahari. Hasil bagian kedua adalah yang berwarna
merah kecoklatan seperti warna air brom, karena diletakkan di ruang gelap.
Larutan n-heptana merupakan senyawa alkana yang
nonpolar sehingga sukar larut dalam air tetapi cenderung larut dalam pelarut-pelarut
yang non polar seperti eter, CCl4. Alkana adalah senyawa yang stabil
(tidak reaktif), maka alkana dapat digunakan sebagai pelarut. Alkana sukar
dioksidasi oleh oksidator lemah maupun kuat, akan tetapi mudah dioksidasi oleh
oksigen dari udara bila dibakar. Alkana dapat mengalami reaksi subtitusi dengan
menghasilkan senyawa alkil halida, dimana atom hidrogen dari alkana akan
disubtitusi oleh hidrogen. Dalam percobaan ini alkana disubtitusi oleh bromin sehingga disebut brominasi.
Dalam
proses reaksi subtitusi molekul halogen (Br) terbelah menjadi dua partikel
netral yang dinamakan radikal bebas. Suatu radikal adalah atom yang mengandung
satu atau lebih elektron yang tidak mempunyai pasangan. Saat proses penggadaan
molekul dimana radikal brom bertumbukan dengan molekul metana, radikal ini akan
memindahkan atom halogen (H) kemudian menghasilkan H-Br.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan
dapat disimpulkan bahwa :
·
Semakin
banyak air brom yang dibutuhkan menunjukkan semakin banyak ikatan rangkap yang
terkandung dalam minyak.
·
Warna
pereaksi akan timbul kembali jika semua ikatan rangkap pada semua hidrokarbon
sudah terputus (sudah jenuh).
·
Hilangnya
warna pereaksi terjadi karena reaksi adisi yang menyebabkan ikatan ganda pada
minyak terputus menjadi ikatan tunggal.
·
Semakin
banyak ikatan rangkap minyak, maka semakin banyak KMnO4 yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan rangkap.
·
KMnO4 merupakan oksidator kuat.
·
Benzena
lebih mudah mengalami reaksi subtitusi daripada reaksi adisi. Larutan benzena dan n-heptane yang ditempatkan di bawah sinar
matahari lebih cepat bereaksi daripada di ruang gelap.
DAFTAR
PUSTAKA
Chang,
Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Terjemahan
dari General Chemistry oleh
Suminar Setiati Achmadi.
Erlangga, Jakarta.
Fessenden,
R. J. dan J, S. Fessenden. 1982. Kimia
Organik. Terjemahan dari Organic Cheamistry oleh Suminar Setiati Achmadi.
Erlangga, Jakarta.
Firdaus. 2012. Kimia Organik Sintesis I. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Keenan, Donald dan Kleinfelter, Wook, Jesse H.,
1987. Ilmu Kimia untuk Universitas.
Terjemahan dari General College Chemistry oleh Aloysius Hadyana Pujatmaka. Erlangga,
Jakarta.
No comments:
Post a Comment