BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisa kualitatif merupakan suatu pemeriksaan atau proses kimia yang menguji adanya ion atau unsur-unsur dalam suatu senyawa. Analisa kualitatif senyawa–senyawa organik, umumnya selalu didasari oleh reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Karbon selalu dioksidasi menjadi CO2, hidrogen selalu dioksidasi menjadi H2O, nitrogen selalu dioksidasi menjadi N2O5 atau direduksi menjadi NH3, halogen selalu direduksi menjadi halogenida, sulfur di reduksi menjadi H2S
dan di oksidasi sulfat, posfor direduksi menjadi PH3 dan dioksidasi menjadi pospat (Pudjaatmaka, 1992).
Analisa organik kualitatif adalah
analisa yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi senyawa organik yang
tidak diketahui. Senyawa organik adalah senyawa yang
terdiri atas karbon dan hidrogen yang umumnya bersifat polar. Analisa
organik kualitatif pada percobaan ini adalah analisa yang dilakukan untuk menentukan
adanya unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, halogen, belerang dan fosfor. Selain
itu, setiap senyawa organik mempunyai sifat kelarutan yang khas, yang meliputi
jenis pelarut dan jumlah kelarutannya (Suminar,
1992).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
dilakukanlah percobaan analisa kualitatif senyawa organik untuk mengetahui ada
atau tidaknya senyawa organik.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan adanya unsur senyawa penyusun senyawa organik, karbon, hidrogen, nitrogen dan sulfur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia
mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi dan sintesis senyawa organik.
Senyawa organik dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen dan dapat mengandung
unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Definisi asli dari kimia organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua
senyawa organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan
bahwa ada beberapa perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat
bergantung pada kimia anorganik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan
kerjanya pada logam transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang
yang komposisinya merupakan campuran dari senyama organik maupun anorganik
(Pudjaatmaka, 1999).
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang
molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon.
Studi mengenai senyawa organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawa
organik seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam
biokimia. Di antara beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik,
rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik,
senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa
heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan
polimer, molekul rantai panjang gugus berulang. Pembeda antara kimia organik
dan anorganik adalah ada atau tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam
karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format termasuk organik (Pudjaatmaka,
1992).
Karbon adalah suatu unsur utama
penyusun jasat hidup ini sehingga atom karbon menjadi tulang punggung pembentuk
senyawa yang beraneka ragam. Karbon memiliki empat elektron di kulit
terluarnya. Masing-masing elektron dapat disumbangkan kepada unsur-unsur lain
sehingga terpenuhi susunan elektroniknya dan dengan elektron-elektron pasangan
membentuk ikatan kovalen. Nitrogen, oksigen dan hidrogen adalah unsur-unsur
yang dapat berikatan dengan karbon. Satu atom karbon dapat menyumbangkan paling
banyak empat elektron untuk dipasangkan dengan empat elektron dari unsur lain,
sebagai contoh dalam molekul metana (Pudjaatmaka, 1992).
Kimia analisis dibagi menjadi dua
jenis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu
unsur atau senyawa-senyawa kimia baik organik maupun anorganik yang terkandung
didalam sampel yang di uji. Analisis kualitatif merupakan pencarian ada atau
tidaknya komponen-komponen dalam cuplikan; komponen dapat berupa
radikal, ion, kation ataupun molekul. Analisa
kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu
zat. Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat
tertentu yang terkandung dalam suatu sampel (Setiono, 1985).
Sifat fisik senyawa organik seperti
titik leleh, titik didih, kelarutan tergantung pada struktur gugus fungsi dan
berat molekul. Gugus fungsi suatu molekul organik sangat menentukan sifat
reaksinya. Senyawa organik mempunyai rentang suhu lebur antara 30-400°C,
rentang titik didih antara 30-400°C, sukar laruta dalam air, mudah larut dalam
pelarut organik, berwarna cerah, mengandung beberapa unsur umumnya C, H, O, N,
S, dan P, halogen dan logam, reaksinya berlansung lambat, mempunyai variasi
sifat kimia yang banyak dan mengalami fenomena isometri (Setiono, 1985).
Sifat-sifat
golongan halogen diantaranya adalah:
·
Semua unsur halogen dapat membentuk
senyawa dengan penarikan satu elektron dari luar, maupun secara kovalen.
·
Umumnya unsur-unsur halogen memiliki
tingkat oksidasi -1, namun demikian halogen dapat pula memiliki tingkat
oksidasi +1, +3, +5 dan +7, kecuali flourin.
·
Semua unsur halogen merupakan
oksidator yang sangat kuat. Kekuatan oksidator ini berkurang dari fluorin ke iodin.
·
Semua unsur halogen dapat bereaksi
dengan semua unsur logam dan beberapa unsur non logam. Fluorin merupakan
unsur yang paling reaktif dan kereaktifannya berkurang untuk unsur-unsur
halogen yang lain sesuai dengan kenaikan nomor atom.
·
Semua unsur halogen dapat bereaksi
dengan hidrogen membentuk asam halida (HX) kecuali fluorin, semua unsur
halogen dapat membentuk asam dengan rumus HXO, HXO₂, HXO₃ dan HXO4
yang disebut sebagai asam hipohalit, asam halit, asam halat, dan asam perhalat (Setiono, 1985).
Fakta dari kemampuan atom karbon
membentuk ikatan dengan atom karbon lain. Jika sifat khas ini disertakan dengan
kemampuan atom karbon membentuk empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka
berbagai susunan atom dapat terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak
menjumpai senyawa, baik senyawa organik maupun anorganik. Senyawa organik
sangat banyak jenisnya, sehingga perlu adanya penggolongan senyawa organik.
Penggolongan senyawa organik atau senyawa karbon dapat dilihat pada bagan
sebagai berikut:
a.
Senyawa siklik adalah senyawa yang mempunyai rantai karbon
tertutup. Senyawa siklik memiliki atom lingkarnya, selain tersusun dari atom C
(karbon) juga tersusun oleh atom lain, misalnya O, N dan S.
b.
Senyawa alifatik adalah senyawa yang
mempunyai rantai karbon yang terbuka atau tidak
tertutup.
c.
Senyawa polisiklik adalah senyawa yang mempunyai lebih dari dua
struktur lingkar atom karbon.
d.
Senyawa alisiklik adalah senyawa
siklik yang mempunyai sifat-sifat seperti senyawa alifatik.
e.
Senyawa aromatik adalah senyawa
siklik yang tersusun oleh beberapa atom karbon membentuk segi lima, segi enam
secara beraturan dan mempunyai ikatan rangkap yang terkonjugasi dengan
ketentuan : tiap atom dalam cincin harus mempunyai orbital p yang
tersedia untuk pengikatan, bentuk cincin harus datar, harus terdapat (4n+2)
elektron π dalam cincin itu aturan Huckel (Suminar, 1992).
Senyawa oraganik mempunyai
sifat umum diantaranya:
a. Pada umunya senyawa organik mengandung unsur–unsur C, H, O, N dan halogen, belerang dan fosfor.
b. Senyawa organik mudah terbakar dan memberikan hasil akhir CO2, H2O dan hasil-hasil lain, tergantung pada unsur–unsur penyusunnya.
c.
Pengaruh panas terhadap senyawa organik dapat mengakibatkan perubahan tertentu dan mungkin pula terjadi dekomposisi.
d.
Pada umumnya titik leleh senyawa organik lebih rendah dari pada senyawa organik.
e. Reaksi-reaksi pada senyawa organik berlangsung lebih lambat dari pada senyawa anorganik dan sering kali disertai hasil sampingan (Suminar, 1990).
Semua unsur – unsur halogen ada
dalam bentuk molekul diatomik, yang berwujud gas, cair dan padat. Flour
berwujud gas dan berwarna kuning pucat, Klor berwujud gas dan berwarna
hijau, Brom berwujud cair dan berwarna merah coklat dan Iodium
berwujud padat dan berwarna ungu hitam, sedangkan Iodium dapat
berubah wujud pada suhu kamar menjadi gas berwarna ungu-biru
(Suminar, 1992).
BAB III
METODELOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
tabung reaksi, tabung pijar, cawan penguap, pipa bengkok, standar dan klem,
pembakar gas, tutup gabus, kawat tembaga, penjepit tabung,corong dan gelas
kimia.
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah bubuk CuO, sukrosa, larutan kapur nitroprusit, FeSO4, FeCl3,
klorofrom dan larutan kapur.
3.2 Cara Kerja
1. Uji adanya C dan H
Sampel dikeringkan dalam cawan penguap 2 gram bubuk CuO selama
beberapa menit dengan pembakar spiritus. Selagi panas, dicampurkan 0,2 gram
sukrosa dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi. Tabung ditutup dengan gabus dan
dihubungkan dengan pipa bengkok ke dalam larutan kapur, sampai ujung pipa menyentuh
larutan kapur. Dipanaskan campuran tersebut, kemudian diperhatikan warna larutan
kapur dan tetesan air pada dinding tabung.
2.
Uji adanya halogen
Kawat tembaga dipanaskan pada pembakaran gas sampai nyala
gas tidak berwarna lagi. Didinginkan, kemudian dibasahkan dengan kloroform,
dipanaskan lagi dan diamati warna yang timbul.
BAB IV
DATA
HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN
4.1
Data
Hasil Pengamatan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data hasil pengamatan yang dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel
4.1 Data hasil pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1
|
CuO + C12H22O12 Larutan Ca(OH)2 + CuO+ sukrosa |
Serbuk
berwarna hitam
Larutan berwarna keruh
|
2
|
Kawat tembaga Kawat tembaga + CHCl3 |
Kawat
warna hitam
Api
berwarna hijau
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 4.1 menjelaskan
tentang uji adanya karbom, Hidrogen dan Halogen. Uji adanya karbon ditandai
dengan terbentuknya larutan keruh.
Larutan keruh tersebut disebabkan oleh masuknya CO2 kedalam tabung
dan bereaksi dengan Ca(OH)2 menghasilkan CaCO3 dan H2O. Larutan Keruh tersebut menandai adanya unsur
karbon. Karbon yang terbentuk berasal
dari sukrosa, sehingga karbon teroksidasi menjadi CO2. Sedangkan uji
adanya hidrogen terbentuk tetesan air pada dinding tabung, tetesan air pada tabung tersebut berasal dari
uap hidrogen yang teroksidasi menjadi H2O.
Mekanisme reaksi
percobaan ini adalah sebagai berikut.
CuO
+ C6H12O6 à 12 Cu2+ + 6CO2
+ 6H2O
CO2
+ Ca(OH)2 à
CaCO3 + H2O
Uji
Beilstein adalah uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi unsur halogen pada
suatu senyawa. Jika dalam suatu senyawa terdapat unsur halogen maka warna yang
di timbulkan setelah dibakar adalah warna hijau. Warna hijau ini merupakan ciri
dari suatu unsur yang terdapat dalam golongan halogen (Rahayu,
2005). Halogen
merupakan golongan yang sangat reaktif dan menerima elektron dan bertindak
sebagai oksidator kuat dalam satu golongan. Beberapa sifat umum senyawa dengan
penarikan satu elektron dari luar maupun secara kovalen, semua unsur halogen
merupakan oksidator yang kuat. Kekuatan oksidator ini berkurang dari flour ke
iodin, dan semua halogen dapat bereaksi dengan hidrogen membentuk asam halida
dan lain-lain (Pujaatmaka, 1992).
Salah satu cara untuk melihat ada atau tidaknya unsur halogen dalam suatu sampel adalah dengan melihat warnanya. Flour
berwarna kuning muda, Klor berwarna hijau, Brom berwarna coklat dan Yodium berwarna
ungu. Berdasarkan pengamatan yang terlah dilakukan, pada uji beilstein
terbentuk warna hijau pada api yang dihasilkan setelah kawat tembaga ditetesi
kloroform. Sehingga didalam senyawa yang diuji positif mengandung klor.
Aplikasi senyawa organik dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya pada bidang makanan, obat–obatan, bahan bakar, pewarna tekstil,
parfum dan lain sebagainya. Contoh senyawa organik yang terkandung pada makanan
adalah pati, gula, lemak, vitamin dan protein. Senyawa organik yang terkandung
pada bahan bakar adalah kayu, batu bara, alkohol dan bensin (Suminar, 1992).
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Adanya karbon ditandai dengan terbentuk larutan berwarna
keruh sedangkan adanya hidrogen ditandai dengan terbentuknya tetesan air.
2.
Adanya halogen
ditandai dengan terbentuknya warna
hijau.
3.
Adanya unsur penyusun senyawa organik seperti karbon,
hidrogen dan halogen.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Suminar.
1990. Kimia Organik, Edisi Keenam,
Terjemahan dari Organic Chemistry oleh Hart, Harold, Erlangga, Jakarta.
Ahmadi, Suminar.
1992. Pengenalan Dasar Kimia Organik dan Biokimia. Terjemahan dari Introduction to General Organic
and Biological Chemistry oleh Willbraham, ITB, Bandung.
Pudjaatmaka,
Hadyana. 1999. Kimia Organik, Terjemahan
dari Organic Chemistry oleh Fessenden dan Fessenden, Erlangga, Jakarta.
Pudjaatmaka, Hadyana. 1992. Kimia Organik, Terjemahan dari Organic
Chemistry oleh Fessenden dan Fessenden, Erlangga, Jakarta.
Rahayu,
Dwi. 2005. Kimia Organik, Erlangga,
Jakarta.
Setiono, G. 1985. Kimia Analisis, Terjemahan dari Analytical Chemistry oleh Svehla,
Kalman Media Pusaka, Jakarta.
No comments:
Post a Comment