BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Zat
dapat dibedakan atas tiga macam yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Setiap zat
terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil yang dapat berupa atom,
molekul, maupun ion. Perubahan keadaan sering kali ditemukan dalam reaksi
kimia. Zat yang mula-mula dihasilkan dalam keadaan gas dapat dengan cepat
mengembun dalam bentuk cair. Perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia
bergantung pada keadaan pereaksi dan hasil reaksi. Misalnya saja pada
pembakaran metana sebagai penyusun utama gas alam untuk menghasilkan karbon dioksida
dan air. Banyaknya energi yang dibebaskan berbentuk uap dan berbentuk cairan
(Achmadi, 2004).
Penentuan
massa molekul paling lazim dilakukan
dengan konsep mol dimana massa molekulnya dapat diketahui dengan mengalikan
mol zat dengan beratnya. Tetapi metode penentuan massa molekul dapat pula
dihitung dengan menggunakan persamaan gas ideal, yaitu dimulai dengan
menghitung kerapatan dari zat yang akan dihitung massa molekulnya. Massa
molekul suatu zat merupakan jumlah massa atom unsur-unsur penyusunnya. Massa
molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom relatif unsur-unsur
penyusun molekul tersebut. Massa molekul dapat diukur dengan berbagai cara.
Sebagai contoh, pengukuran untuk zat yang mudah menguap dapat dilakukan dengan
menurunkan persamaan gas ideal dengan menentukan terlebih dahulu massa jenis,
tekanan, dan suhu zat. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan percobaan
penentuaan massa berdasarkan bobot jenis (Syukri, 1999).
1.2.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan
ini adalah untuk menghitung massa molar dari n-heksana dan etanol serta membandingkan hasil hubungan dari
sifat-sifat gas nyata dan gas ideal.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Hukum-hukum gas dan
teori kinetik molekul mengasumsikan bahwa molekul-molekul dalam keadaan gas
tidak mengalami gaya apapun baik gaya tarik menarik maupun gaya tolak menolak
antara satu dengan lainnya. Asumsi lainnya adalah bahwa volume molekul diabaikan karena begitu kecil
dibandingkan wadahnya. Suatu gas yang memenuhi kondisi ini disebut gas ideal.
Walaupun gas dianggap berperilaku mirip gas ideal namun perilaku ini tidak
diharapkan dapat diberlakukan untuk semua kondisi (Achmadi, 2004).
Salah
satu sifat fisik dari tiap senyawa murni ialah satuan massa molar. Massa molar
didefinisikan sebagai massa dari satu mol sebuah unsur atau senyawa kimia.
Massa molar dipengaruhi oleh jumlah gram. Untuk menentukan massa molekul dapat
dicari dengan menggunakan rumus gas ideal. Massa satu mol zat sama dengan Ar
atau Mr dari unsur atau senyawa tersebut dalam satuan gram. Asumsi lainnya Ar
dan Mr zat menyatakan massa dari satu mol zat itu (Hardjono, 2005).
Campuran
homogen dari dua atau lebih jenis zat disebut larutan. Banyak sedikitnya zat
terlarut dalam larutan menentukan kepekatan dari suatu larutan. Larutan yang
mengandung banyak zat terlarut disebut larutan pekat sedangkan larutan yang
mengandung sedikit zat terlarut disebut larutan encer. Salah satu cara untuk
menyatakan kepekatan larutan yang digunakan dalam ilmu kimia adalah kemolaran
(M). Kemolaran menyatakan jumlah zat yang terlarut dalam satu liter larutan
atau jumlah mmol zat terlarut dalam tiap mL larutan. Satuan kemolaran adalah
mol L-1. Sebagai contoh larutan NaCl 0,2 M berarti dalam tiap liter
larutan itu terdapat 0,2 mol NaCl. Keuntungan yang diperoleh jika konsentrasi
dinyatakan dalam kemolaran adalah kemudahan untuk mengetahui jumlah mol zat
terlarut dalam volume
tertentu larutan (Sukardjo, 2003).
Hukum
Avogadro menyatakan
bahwa gas-gas bervolume
sama mengandung jumlah molekul yang sama diukur pada suhu dan tekanan yang
sama. Hal itu berarti bahwa gas-gas dengan jumlah molekul yang sama akan mempunyai volume yang sama diukur pada suhu dan tekanan
yang sama. Oleh karena itu satu mol setiap gas mempunyai jumlah molekul yang
sama yaitu sama dengan bilangan Avogadro (6,02 x 1023), maka pada
suhu dan tekanan sama satu mol setiap gas mempunyai volume yang sama. Volume gas tidak bergantung pada jenisnya
tetapi hanya pada jumlah mol serta suhu dan tekanan pengukuran. Jika diukur
pada suhu dan tekanan yang sama volum satu mol oksigen (O2) sama
dengan volume
satu mol karbon dioksida (CO2). Misalnya pada suhu dan tekanan
tertentu (T, P) volume
satu mol oksigen adalah 20 liter atau gas apa saja adalah 20 liter juga. Volume per mol gas disebut volume molar gas dan dinyatakan dengan lambang
Vm. Pada suhu dan tekanan yang sama volume gas hanya bergantung pada jumlah molnya
(Syukri, 1999).
Volume molar adalah volume satu mol gas. Satu mol setiap gas
mengandung 6,02 x1023 molekul. Hal ini berarti setiap gas yang
jumlah molekulnya sama jumlah molnya juga sama. Sehingga hukum Avogadro yang
berbunyi “pada temperatur dan tekanan yang sama gas yang volumnya sama
mengandung jumlah molekul yang sama” dapat diartikan bahwa pada temperatur
dan tekanan yang sama semua gas yang volumenya sama mengandung jumlah mol yang
sama. Berdasarkan pengukuran kerapatan gas-gas pada temperatur 00C
dan tekanan 1 atm ditemukan bahwa satu mol gas mempunyai volum sebesar 22,4
liter. Temperatur 00C dan tekanan 1 atm disebut keadaan standar
dinyatakan dengan STP (Standart Temperature and Pressure). Volume molar gas pada keadaan temperatur dan tekanan yang diketahui dan bukan
standar di mana temperatur (T) ≠ 0oC dan tekanan (P) ≠
1 atm tidak berlaku 1 mol = 22,4 liter. Tetapi jumlah molnya dapat dihitung
dengan persamaan gas
ideal yaitu P V = n R T (Sofyatiningrum, 2007).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah glass
jacket, syringe, termometer, dan preccious
balance.
Bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah dietil eter, n-heksana,
etanol, dan air.
3.2. Prosedur Kerja
Dipasang alat seperti pada
gambar. Kemudian dipasang gas syringe
100 mL ke dalam glass jacket dan didorong
penghisap untuk mengeringkan dan membersihkan glass syringe hingga ke garis 5 mL yang merupakan volume terkecil
dari udara yang harus ditutup supaya injeksi dari suatu zat cair mudah untuk
dilakukan. Ditutup ujung tabung kapilari dari glass syringe dengan menarik keluar glass jacket menggunakan rubber
cup karena itu penyemprotan gas sangat ketat. Dilakukan penyemprotan
kembali hingga penuh ke dalam glass
jacket sehingga rubber cup
langsung mencapai batas koneksi ujung glass
jacket untuk menghindari dinginnya permukaan tabung kapilari. Ditarik ujung
glass jacket yang tertahan di dalam
batang hingga 1 cm diatas gas syringe
dengan air destilled dan mendidih. Diambil
potongan pipa silikon untuk mengkoneksikan pipa air dari ujung pipa air hingga
air yang menguap dapat ditampung ke dalam gelas beker. Diletakkan termometer ke
dalam pipa yang kosong. Dihidupkan pemanas dan diatur power regulator hingga
air menjadi panas. Ketika air mencapai temperatur konstan, dilakukan pengukuran
sebagai berikut: dihitung banyaknya larutan yang dimasukkan ke dalam tempat
penyemprotan tanpa gelembung. Dibersihkan canulla
luar dengan tisu dan dihitung berat total dari syringe dengan canulla
dan zat kimia dengan keakuratan 1 mg. Dicatat volume air dalam syringe. Diinjeksikan zat kimia dalam syringe dengan cepat. Dipastikan seluruh
substance penuh dalam silinder dari
gas syringe dan tidak tersisa di
dalam tabung kapilari. Dibiarkan injeksi syringe
tertusuk pada rubber cup hingga
volume penguapan terjadi perubahan besar. Dipastikan bahwa tekanan seimbang
antara syringe dan tekanan atmosfer. Dibaca
volume hasil penguapan liquid. Ditimbang kembali berat kosong syringe dan dihitung massa substance. Dilakukan tiga kali
pengulangan untuk masing-masing liquid. Dicabut rubber cup dari gas syringe
dan bilas syringe menggunakan udara
dengan mendorong penyedot ke dalam dan ke luar beberapa kali.
BAB IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan
No.
|
Zat yang Digunakan
|
Volume
|
Berat Syringe + Cairan (g)
|
Berat Syringe (g)
|
Massa Zat yang Diperoleh
|
1.
|
n-heksana
|
10µL
|
28,19
|
28,08
|
0,11 g
|
2.
|
Etanol
|
10µL
|
28,10
|
28,08
|
0,02 g
|
4.2. Pembahasan
Bobot molekul suatu zat
adalah jumlah bobot dari atom-atom yang ditunjukkan dalam rumusnya. Berat
molekul senyawa merupakan banyaknya gram massa suatu zat dalam sejumlah besar
molnya. Ada beberapa metode penentuan berat molekul dalam suatu senyawa,
diantaranya cara Regnault, cara Victor Meyer, dan cara Limiting Density. Cara
Regnault dipakai untuk menentukan berat molekul zat pada suhu kamar berbentuk
gas. Cara Victor Meyer dipakai untuk menentukan berat molekul zat cair yang
mudah menguap. Sedangkan cara Limiting Density merupakan penentuan berat
molekul berdasarkan rumus gas ideal. Penentuan berat molekul berdasarkan
hukum-hukum gas ideal hanya bersifat perkiraan.
Percobaan ini menentukan massa molekul dari suatu zat cair yang mudah
menguap. Zat cair yang digunakan adalah n-heksana
dan etanol. Massa molar dari suatu zat cair dapat ditentukan dengan metode
penguapan suatu zat cair pada suhu dan tekanan konstan. Metode penentuan massa
molar berdasarkan densitas penguapan disebut juga dengan cara Victor Meyer. Awalnya, air yang terdapat
pada alat yang digunakan dipanaskan hingga suhu 80ºC. Kemudian syringe kosong ditimbang dan syringe yang berisi n-heksana juga ditimbang. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui
massa zat cair yang digunakan. Setelah ditimbang, syringe yang berisi n-heksana diinjeksikan pada rubber cup. Namun, tidak terjadinya perpindahan pada rubber cup. Hal ini dikarenakan n-heksana yang disuntikkan pada rubber cup hanya berukuran mikrogram
yang artinya sedikit sekali zat cair tersebut. Sehingga tidak terjadi
pergerakan sama sekali pada rubber cup.
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada zat cair metanol, namun juga tidak ada
pergerakan.
Persamaan gas ideal merupakan gabungan dari hukum Boyle, Gay-Lussac, dan
Avogadro. Hukum Boyle menyatakan bahwa volume suatu gas dalam tekanan konstan
berbanding terbalik dengan tekanannya. Hukum Gay-Lussac menyatakan volume suatu
gas dalam tekanan konstan sebanding dengan suhu absolutnya. Sedangkan hukum
Avogadro menyatakan bahwa banyaknya volume suatu gas dalam tekanan konstan sama
banyak dengan jumlah partikel molnya.
Sifat-sifat dari gas ideal diantara lain yaitu molekul-molekul gas
merupakan materi bermassa yang dianggap tidak mempunyai volume, gaya
tarik-menarik atau tolak-menolak antar molekul dianggap nol, tumbukan antar
molekul dan antar molekul dengan dinding bejana adalah lenting sempurna serta memenuhi
hukum gas PV = nRT.
Sifat-sifat dari gas nyata diantara lain yaitu volume molekul dari gas
nyata tidak dapat diabaikan, terdapat gaya tarik-menarik antara molekul-molekul
gas terutama jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, adanya interaksi
atau gaya tarik-menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat menyebabkan gerakan
molekulnya tidak lurus dan tekanan ke dinding menjadi kecil, lebih kecil
daripada gas ideal.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a.
penentuan
massa molekul dari suatu zat cair dapat ditentukan dengan metode Victor Meyer.
b.
Massa
molar n-heksana yang diperoleh pada
percobaan ini adalah 32,25 g/mol.
c.
Massa
molar etanol yang diperoleh pada percobaan ini adalah 5,86 g/mol.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar. 2004. Kimia
Dasar. Terjemahan dari General Chemistry oleh Raymond Chang. Erlangga,
Jakarta.
Hardjono. 2005. Kimia Fisika.
Erlangga, Jakarta.
Sofyatiningrum, Etty. 2007. Kimia
Dasar. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar Kimia
Fisika. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Syukri. 1999. Kimia
Dasar II. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
No comments:
Post a Comment