BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Asam
karboksilat cukup banyak ditemukan atau diperoleh secara alami. Dalam kehidupan
sehari-hari kita cukup akrab dengan asam cuka atau asam asetat sebagai penyedap
makanan. Sutau asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung
gugus karboksil –COOH. Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karboksil dan
gugus hidroksil; antar-aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu
kereaktifan kimia yang unik untuk asam karboksilat.
Sifat
kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat adalah keasamannya. Dibandingkan
dengan asam mineral seperti HCl dan HNO3 (Pka sekitar 1 atau lebih
rendah), asam karboksilat adalah asam lemah.
1.2
Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan
ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat dari asam dikarboksilat.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Senyawa
yang mengandung gugus karboksil (karbonil dan hidroksil) dinamakan asam
karboksilat, rumus umumnya R-CO2H. Gugus karboksil dapat juga
menempel pada cincin benzena. Jika dua asam karboksilat terdapat pada suatu
molekul, senyawa itu dinamakan asam dikarboksilat. Karena kebanyakan turunan
asam karboksilat terjadi dari penggantian gugus hidroksil, dikembangkan
nama-nama khusus untuk sebagian molekul, R-C=O. Gugus COR diberi nama umum asil
(Petrucci, 1999).
Asam asetat sekitar 1011
atau seratus ribu juta kali lebih asam dibandingkan etanol.
Satu-satunya
perbedaan pada strukturnya ialah penggantian gugus CH2 (pada etanol)
oleh gugus karbonil. Namun, atom karbon karbonil membawa muatan positif yang
cukup besar. Muatan ini membuatnya jauh lebih mudah untuk menempatkan muatan
negatif pada atom oksigen disebelahnya, yang memang beginilah yang terjadi jika
kita mengionkan proton dari gugus hidroksil. Pada ion etoksida, muatan negatif
dilokalisasi pada satu atom oksigen. Sebaliknya, pada ion asetat, muatan
negatif dapat didelokalisasi melalui resonansi (Hart,2003).
Gugus karboksil (COOH) mengandung
gugus karbonil (C=O) dan gugus hidroksil (-OH) sekaligus. Seperti halnya
alkohol, asam menjalani pengikatan hidrogen antarmolekul. Asam
karboksilatberbeda dengan alkohol dari segi derajat kemudahan melepaskan ion
hidrogen yang diberikannya dalam larutan berair. Kekuatan asam karboksilat
bergantung pada keelektronegatifan gugus R dalam RCOOH. Asam karboksilat
termasuk asam lemah bila dibandingkan dengan asam anorganik seperti asam
klorida dan asam sulfat, tetapi senyawa ini termasuk asam kuat bila
dibandingkan dengan golongan senyawa organik lainnya (Stanley, 1992).
Suatu molekul asam karboksilat
mengandung gugusan –OH dan dengan sendirinya membentuk ikatan hidrogen dengan
air. Karena adanya ikatan hidrogen, maka asam karbosilat yang mengandung atom
karbon 1 sampai 4 dapat bercampur dengan air. Asam karboksilat yang mempunyai
atom karbon lebih banyak kebanyakan sebagian dalam air. Asam karboksilat juga
juga membentuk ikatan hidrogen dengan asam karboksilat lainnya, dimana terjadi
dua ikatan hidrogen antara dua gugus karboksil. Dalam larutan yang tidak
mempunyai ikatan hidrogen, asam karboksilat berada sebagai sepasang molekul
yang bergabung disebut “dimer” (Usman, 2013).
Titik didih asam karboksilat relatif tinggi
dibandingkan titik didih alkohol, aldehida, dan keton dengan bobot molekul yang
kira-kira sama. Misalnya, asam formiat mendidih 23oC lebih tinggi
dari pada etanol, meskipun bobot molekul keduanya sama. Titik didih asam-asam
karboksilat yang sama disebabkan oleh ikatan hidrogen antarmolekul antara dua
molekul. Asam akrboksilat mempunyai gugus karboksil, –CO2H, terdiri
dari gugus karbonil (–CO–) dan satu gugus hidroksil (–OH) (Keenan, 1992).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pembakar gas, tutup gabus, penangas
es, pipa bengkok serta standar dan klem.
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam oksalat, asam tartarat, FeCl3,
resorsinol, H2SO4, lart.KMnO4(e), garam Rochella, lart.AgNO3, NH4OH(e),
CuSO4, NaOH 8N, CaCl2(p), dan lart.air kapur.
3.2 Cara Kerja
3.2.1. Identifikasi Warna
Disediakan
tabung reaksi 3 buah, diisi masing-masing tabung dengan larutan asam sitrat,
asam tartarat dan air. Kemudian, dimasukkan 3 tetes larutan FeCl3 ke
dalam masing-masing tabung. Dibandingkan warna larutan ketiga tabung tersebut
pada dasar yang putih.
3.2.2.
Uji asam tartarat
Ditambahkan
resorsinol 10 kali asam tartarat ke dalam 1 mL asam tartarat dan dikocok. Didinginkan
pada penangas es, ditambahkan asam sulfat pekat melalui dinding tabung tetes
demi tetes dan dijaga jangan sampai larutan bercampur. Dibiarkan tabung
beberapa menit, bila tidak terbentuk cincin, dikocok perlahan-lahan, bila masih
tidak timbul warna, dipanaskan tabung perlhan-lahan dan jangan sampai mendidih.
Diamati warna yang terjadi.
3.2.3.
Uji sebagai reduktor
a.
Dimasukkan
2 mL larutan asam tartarat ke dalam tabumg reaksi. Kemudian ditambahkan dengan
1 tetes larutan KMnO4, diamati perubhan yang terjadi. Diulangi
percobaan dengan asam sitrat.
b.
Dimasukkan
2 mL larutan garam rochella ke dalam tabumg reaksi. Kemudian ditambahkan 4 mL
larutan AgNO3 dan NH4OH(e) secukupnya. Selanjutnya
dipanaskan tbung reaksi di dalam penangas air yang mendidih. Diamati perubahan
yang terjadi.
c.
Dimasukkan
2 mL larutan asam sitrat ke dalam tabung reaski. Kemudian dinetralkan dengan
larutan NaOH encer lalu ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3.
Dilarutkan endapan yang terbentuk dengan larutan NH4OH (e)
secukupnya. Dipanaskan tabung reaksi ke dalam penangas air yang mendidih.
Dididihkan larutan dalam tabung. Dicatat setiap perubahan yang terjadi.
3.2.4.
Uji asam sitrat
Dinetralkan
larutan asam sitrat dengan NH4OH(e). Ditambahkan larutan CaCl(p),
diamati. Dipanaskan tabung reaksi dengan hati-hati. Dicatat pengamatannya.
3.2.5.
Sifat pereduksi asam oksalat
Dimasukkan
2 mL asam oksalat ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4
dan 1 tetes KMnO4. Dicatat perubahan yang terjadi. Selanjutnya
dibasahi kertas saring dengan KMnO4 dan dicuci dengan larutan asam oksalat.
Dicatat hasilnya.
3.2.6.
Dekomposisi asam oksalat
Dimasukkan
3 mL asam oksalat ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan 3 mL H2SO4
(e), ditutup tabung dengan gabus dan dihubungkan dengan tabung reaksi lain yang
berisi larutan Ca(OH)2. Ujung dari pipa bengkok tersebut harus
tercelup ke dalam larutan air kapur. Dipanaskan perlahan-lahan. Dicatat
perubahan yang terjadi pada larutan air kapur.
3.2.7.
Uji asam oksalat
Dimasukkan
1 mL asam oksalat ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan
resorsinol 10 mL, dikocok dan didinginkan dalam penganas es. Selanjutnya,
ditambahkan dengan hati-hati H2SO4 (p) tetes demi tetes
melalui dinding tabung. Dihindari jangan sampai larutan dalam tabung terkocok.
Diletakkan tabung reaksi pada rak, dibiarkan beberapa saat dan dicatat
pengamatannya. Bila tidak terbentuk cincin, dikocok perlahan-lahan dan diamati.
BAB
IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel
4.1 Data hasil pengamatan
No.
|
Reaksi
|
Pengamatan
|
1.
|
Identifikasi Warna
- Asam
sitrat + FeCl3
- Asam
tartarat + FeCl3
- Air
+ FeCl3
|
Warna kuning lebih pekat
Warna kuning sedikit pudar
Warna kuning pudar
|
2.
|
Uji asam tartarat
Asam tartarat + resorsinol
+ H2SO4
|
Terbentuk cincin coklat
|
3.
|
Uji sebagai reduktor
- Asam
sitrat + KMnO4
- Asam
tartarat + KMnO4
|
Larutan menjadi bening
Larutan menjadi bening
|
4.
|
Uji Asam Sitrat
Asam sitrat + NH4OH + CaCl2
|
Terbentuk endapan putih
|
5.
|
Sifat pereduksi asam oksalat
- Asam
oksalat + H2SO4 + KMnO4
- Kertas
saring dibasahi dengan KMnO4 dan dicuci dengan asam
oksalat
|
Larutan menjadi bening
Kertas saring menjadi bening
|
6.
|
Dekomposisi asam oksalat
-
Asam oksalat + H2SO4
(e) (tabung I)
-
Ca(OH)2
(tabung II)
|
Terbentuk lapisan putih
Terbentuk endapan putih
|
7.
|
Uji asam oksalat
-
Asam oksalat +
resorsinol + H2SO4 (p)
|
Terbentuk cincin coklat
|
4.2. Pembahasan
Asam
karboksilat merupakan senyawa organik yang mengandung gugus fungsi COOH. Asam
dikaboksilat adalah asam karboksilat yang memiliki 2 gugus COOH sekaligus.
Diantara sifat-sifat asam dikarboksilat adalah merupakan asam lemah, titik
didih dan titik leleh tinggi, dan kelarutannya bergantung pada panjangnya
rantai hidrofobik (R).
Beberapa uji
telah dilakukan dalam percobaan ini, dimana semua uji menghasilkan perubahan
yang sesuai dengan teori. Uji identifikasi warna menghasilkan warna yang
berbeda-beda yaitu reaksi asam sitrat dengan FeCl3 menghasilkan
warna paling pekat dari reaksi asam tartarat dengan FeCl3 dan reaksi
antara air dan FeCl3. Perbedaan ini disebabkan karena asam sitrat
memiliki rantai hidrofobik (R) yang lebih panjang daripada asam tartarat
apalagi air. Selain itu, asam sitrat juga merupakan asam yang lebih kuat
daripada asam tartarat sedangkan air bersifat netral dan tidak memiliki gugus
COOH sama sekali sehingga perubahan yang terjadi pada air tidak signifikan.
Hal inilah yang
membuktikan bahwa asam sitrat merupakan asam dikarboksilat yang bersifat lebih asam
daripada asam tartarat.
Asam
sitrat : C6H8O7
Asam
tartarat : C6H6O6
Air : H2O (tidak
memiliki gugus COOH sama sekali)
Perubahan warna
pada umumnya terjadi karena terjadinya eksitasi pada orbital d dimana elektron
yang ada dalam orbital d tereksitasi dan menyerap panjang gelombang dari cahaya
tampak dan pada saat elektron tersebut kembali ke orbitalnya, cahaya tampak
yang telah diserap tersebut menjadi terlihat sebagai warnanya.
Selain keasaman dan rantai hidrofobiknya, sifat lain asam dikarboksilat
adalah senyawa organik yang polar. Cincin coklat yang terbentuk pada uji asam
tartarat dan uji asam oksalat membuktikan bahwa asam dikarboksilat ini bersifat
polar. Terbentuknya cincin ini disebabkan karena adanya perbedaan kepolaran
antara asam dikarboksilat dengan resorsinol. Resorsinol adalah senyawa yang
bersifat nonpolar, sehingga kedua larutan yang direaksikan ini tidak dapat
larut satu sama lain dan membentuk cincin. Cincin yang terbentuk berasal dari
resorsinol. Selain kepolaran, perbedaan massa jenis juga menjadi penyebab
terbentuknya cincin coklat pada permukaan larutan dimana massa jenis resorsinol
lebih kecil daripada asam tartarat dan asam oksalat. Hal tersebut membuktikan bahwa
asam dikarboksilat adalah senyawa organik yang bersifat polar.
Asam tartarat dan asam sitrat merupakan asam dikarboksilat yang dapat
menjadi reduktor dimana pada reaksi asam tartarat dengan larutan KMnO4,
warna KMnO4 (ungu) menghilang dan menjadi warna bening. Hilangnya
warna larutan KMnO4 mengindikasikan bahwa KMnO4 tereduksi
oleh asam tartarat dan asam sitrat begitu pula sebaliknya, asam tartarat dan
asam sitrat teroksidasi oleh KMnO4 dimana larutan KMnO4 ini
berfungsi sebagai oksidator kuat (pengoksidasi) sementara asam tartarat dan
asam sitrat sebagai reduktor kuat. Terjadinya hal tersebut menunjukkan bahwa
sifat asam dikarboksilat sebagai reduktor.
Berdasarkan uji asam sitrat, dimana larutan asam sitrat yang ditambahkan
NH4OH dan CaCl2 menghasilkan warna bening. Namun, setelah
dinaikkan suhunya terbentuk endapan pada larutan. Endapan yang dihasilkan
merupakan endapan Ca dari CaCl2. Hal ini disebabkan karena larutan
CaCl2 tidak dapat larut dalam asam sitrat, dengan kata lain, endapan
dapat terbentuk karena kelarutannya lebih kecil daripada hasil kali kelarutan
(Ksp < Qsp).
Untuk mengetahui sifat-sifat pereduksi asam oksalat yang juga merupakan
asam dikarboksilat dilakukan dengan mereaksikan asam oksalat dengan H2SO4
dan KMnO4. Asam oksalat bersifat reduktor kuat yang mampu mereduksi
KMnO4 sehingga warna KMnO4 terlihat menghilang setelah
dilakukan percampuran tersebut dan sebaliknya KMnO4 pula
mengoksidasi asam oksalat dimana KMnO4 merupakan oksidator kuat yang
dapat tereduksi oleh asam oksalat dan sekaligus mengoksidasi asam oksalat.
Penambahan H2SO4 hanyalah berfungsi sebagai katalis
dalam uji tersebut sehingga reaksi yang dilakukan dapat lebih cepat terjadi.
Persamaan reaksi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
5C2H2O4
+ 2KMnO4 + 3H2SO4 → K2SO4
+ MnSO4 + 8H2O + 10CO2
Asam oksalat apabila ditambahkan H2SO4 pekat maka
akan terurai menjadi CO2 dan H2O sehingga mampu mereduksi
KMnO4. Begitu pula halnya ketika dilakukan uji pada kertas saring,
warna KMnO4 pada kertas saring menghilang setelah ditambahkan asam
oksalat.
Percobaan selanjutnya dilakukan untuk mengetahui dekomposisi asam
oksalat. Larutan asam oksalat direaksikan dengan H2SO4
pada tabung I, kemudian dihubungkan dengan tabung II yang berisi larutan Ca(OH)2.
Setelah dilakukan pemanasan terhadap tabung, maka dapat diamati terbentuknya
lapisan putih pada bagian atas larutan Ca(OH)2 yang terdapat dalam
tabung II. Lapisan ini merupakan endapan tipis yang terbentuk dari pelepasan
gas H2 dan CO2 dari tabung I, dimana gas H2
terikat dengan OH pada Ca(OH)2 membentuk H2O dan ion Ca2+.
Ion Ca2+ inilah yang membuat larutan menjadi keruh.
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
- Larutan asam sitrat memiliki rantai ikatan yang lebih panjang dari asam tartarat dan air, sehingga menjadikan kepekatan warna pada larutan.
- Asam tartarat dan asam oksalat merupakan senyawa polar, sehingga membentuk cincin coklat ketika direaksikan dengan resorsinol yang bersifat nonpolar.
- Asam tartarat dan asam oksalat merupakan reduktor kuat, dibuktikan dengan menghilangnya warna larutan KMnO4.
- Pengujian asam sitrat menghasilkan endapan Ca2+, karena CaCl2 memiliki kelarutan yang rendah.
- Kekeruhan warna dari percobaan dekomposisi asam oksalat diperoleh dari ion Ca2+
DAFTAR PUSTAKA
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Sigkat Edisi Kesebelas. Terjemahan dari
Organic Chemistry, oleh Suminar Setiati Achmadi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Keenan, Charles W.1992. Kimia
untuk Universitas. Terjemahan dari General College Chemistry, oleh Aloysius
Pudjaatmaka. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Petrucci, R.H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Terjemahan dari General
Chemistry Principles and Modern Application, oleh Suminar Setiati Achmadi.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Stanley, Dennis. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Terjemahan dari Introduction to Organic dan Biological Chemistry, oleh Suminar Setiati Achmadi. Penerbit ITB,
Bandung.
Usman, Hanapi. 2013. Kimia Organik. UNHAS. Makassar.
No comments:
Post a Comment