BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukkan oleh instrument ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar nasional atau internasional. Dengan kata lain, kalibrasi adalah adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian.
Untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran, alat-alat yang akan digunakan perlu dilakukannya kalibrasi terlebih dahulu. Pengkalibrasian dapa dilakukan dengan cara membandingkan dua data dengan menggunakan alat ukur yang berbeda. Pada percobaan tentang kalibrasi, alat ukur yang digunakan untuk membandingkan data adalah thermometer dan termokopel. Ada beberapa persyaratan kalibrasi, yaitu: standar acuan yang mampu telusur ke standar nasional maupun internasional, metode kalibrasi yang diakui secara nasional maupun internasional, ruangan kalibrasi yang terkondisi, personil kalibrasi yang terlatih, dan alat yang akan dilakukan kalibrasi berfungsi dengan baik.
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah untuk mengetahui cara pengkalibrasian alat-alat gelas sehingga dapat diketahui ketelitian suatu pengukuran.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Analisis
volumetri adalah proses untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu
zat dengan mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk reaksi sempurna. Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi
larutan standar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah
larutan yang telah diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri
(Achmad, 2007).
Dalam
elektrogravimetri unsur yang akan ditetapkan diposisikan secara elektrolisis
diatas lalu elektronik sesuai jadi penyaringan terhindar kadang jarang terjadi
kode posisi jika kondisi-kondisi
eksperimen dikendalikan dengan hati-hati. Metode ini baik dipakai, akan
mempunyai banyak keuntungan maka akan dikaji teori dari prosesnya untuk
mengerti bagaimana dan kapan ia akan dipakai (A. Hadyana, 1994).
Akurasi sama dengan metode
gravimetri. Analisis volumetri
juga dikenal sebagai titrimetri dimana zat yang dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang
konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih maka harus diketahui dengan
suatu indikator. Mengukur volume standar larutan adalah jauh lebih cepat
dibandingkan dengan menimbamg berat suatu zat dengan suatu metode gravimetri
(Khopkar, 2002).
Menurut
ISO/IEC Guide 17025 : 2005 dan Vocabulary of International Metodologi,
kalibrasi adalah kegiatan menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh instrumen
ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai yang sudah diketahui
tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan kisaran yang diukur). Kalibrasi
yang biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standarisasi (ISO, 2005).
Tujuan
kalibrasi adalah menentukan deviasi atau penyimpangan kebenaran nilai
konvensional penunjukkan suatu instrumen ukur, menjamin hasil-hasil pengukuran
sesuai dengan standar nasional ataupun internasional. Manfaat kalibrasi ini
adalah menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesifikasinya. Kemampuan untuk tepat mengukur volume larutan sangat penting
untuk akurasi dalam kimia analisis (Fatimah, 2003).
Alat berskala untuk analisis
kuantitatif umumnya dibuat mematuhi batas-batas spesifikasi, terutama yang
menyangkut ketetapan kalibrasi. Di Inggris terdapat dua taraf peralatan, yang
ditandai sebagai kelas A dan kelas B oleh British Standard Instuation. Batas
toleransi untuk alat-alat kelas A lebih ketat dan peralatan semacam ini
dimaksudkan untuk digunakan dalam pekerjaan dengan kecermatan tinggi. Alat-alat
kelas B digunakan untuk kerja rutin. Di Amerika Serikat, spesifikasi hanya untuk
satu tahap tersedia di National Bureu of Standards di Washington dan ini setara
dengan kelas A (Hadyana, 1994).
Salah satu fungsi metrologi yang
penting adalah kalibrasi yaitu perbandingan dari satu alat ukur atau sistem
yang memiliki hubungan yang sudah diketahui dengan standar nasional
dibandingkan dengan alat atau sistem lain yang hubungannya dengan standar dan
sistem nasional tidak diketahui. Pengukuran menggunakan peralatan yang tidak
atau kurang dikalibrasi dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang salah serta
berbahaya. Misalkan saja seorang pemeriksa memiliki mikrometer yang
pembacaannya 0.002 inci terlalu rendah. Ketika pengukuran dilakukan terlalu
dekat dengan batasan atas, maka suku cadang yang melebihi batas toleransi
maksimum sebesar 0.002 inci akan diterima sebagai kualitas baik, sementara suku
cadang yang berada pada batas bawah toleransi atau 0.002 inci diatas batas akan
dianggap tidak mematuhi standar kualitas (Anwar Hadi, 2005).
Sebelum digunakan secara teratur
peralatan ukur tersebut harus dikalibrasi atau dicek untuk mengetahui
kelayakannya. Kalibrasi tersebut harus dilakukan secara teratur oleh personal
yang cakap dan semua rekaman hasil kalibrasi harus dipelihara. Berkaitan dengan
itu, perlu diingat bahwa kalibrasi harus dirancang dan dilaksanakan sesuai
dengan sistem satuan internasional. Apabila tidak dapat sepenuhnya mengacu pada
sistem tersebut, kalibrasi harus memenuhi standar-standar pengukuran sebagai
berikut :
1. Penggunaan bahan acuan bersertifikat
untuk mendapatkan karakter fisik atau kimiawi yang handal.
2. Penggunaan metode atau standar tertentu sesuai
dengan konsensus (Afia, 2007).
BAB III
METODELOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat-alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet 25 mL,
erlenmeyer, neraca analitik, labu ukur 100 mL, buret 50 ml, corong kecil, klem dan statif, kertas saring, tisue, dan botol
semprot.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air suling (H2O).
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Kalibrasi pipet.
Diperiksa apakah pipet bersih, dilapisi air di bagian dalam
pipet secara merata dan pipet tidak perlu dikeringkan. Ditimbang erlenmeyer 100 ml yang bersih dan kering
(diingat temperaturnya) sampai mg yang terdekat. Diisi pipet dengan air suling dengan cara menghisap. Dibilas dan diulangi 2-3 kali. Diukur temperatur dari air suling. Kemudian diisi
pipet dengan air suling sampai melewati tanda batas. Dikeringkan bagian luar pipet yang basah dengan
melapnya dengan kertas saring. Dipegang pipet dengan tegak lurus dan digunakan telunjuk untuk menutup muka ujung pipet
dan ujung bawah pipet ditempelkan ke ujung bawah bejana yang dimiringkan 45o. Dikeluarkan
air dengan hati-hati sampai meniskusnya duduk pada tanda batas. Dimasukkan
isi pipet ke dalam erlenmeyer yang telah ditimbang dengan
menempelkan ujung bawah pipet ke dinding bagian dalam erlenmeyer yang dimiringkan 45o dengan pipet dalam keadaan tegak lurus. Sebelum pipet diangkat, seluruh isi pipet telah dikeluarkan dan ditunggu
10 detik. Air yang tertinggal di ujung pipet tidak boleh dikeluarkan. Ditimbang
kembali erlenmeyer yang telah dikeluarkan air tersebut.
Diulangi kalibrasi sekali lagi, jika kedua hasil
percobaan berbeda dari 0,03 g (setara dengan 0,03 ml). Diulangi
percobaan sekali lagi dan diambil harga rata-rata serta ditentukan berat air yang
dikeluarkan dari pipet. Dihitung volume pipet dengan menggunakan tabel 1. Ditentukan
besarnya koreksi dan digunakan untuk praktikum selanjutnya.
3.2.2. Kalibrasi labu ukur 100 mL.
Ditimbang labu ukur 100 mL yang
bersih dan kering. Diisi dengan air suling yang diketahui temperaturnya sampai dibawah
tanda batas. Dikeringkan leher labu bagian dalamnya dengan gulungan
kertas saring. Diteteskan air suling dengan memakai pipet tetes
sampai tepat tanda batas. Ditimbang
kembali labu ukur yang berisi air suling dan dihitung volume serta
kalibrasi dengan tabel 1. Ditentukan koreksinya. Diulangi
hasil percobaan sekali lagi dan harus memberikan hasil yang sama.
3.2.3. Kalibrasi buret 50 mL.
Ditimbang seluruh erlenmeyer 100 mL yang
bersih dan kering. Dibilas buret yang telah bersih dan bebas lemak 2-3 kali dengan air suling yang diketahui temperaturnya. Diisi
buret dengan air suling melalui
corong kecil sampai sedikit diatas tanda batas nol. Ditaruh secara vertikal
dengan menggunakan klem buret. dikeluarkan air melalui kran sampai meniskus
tepat pada batas nol. Diperiksa apakah tidak ada gelembung udara dalam buret,
terutama di sekitar kran. Dihilangkan dengan cara membuka kran besar-besar jika
ada gelembung. Diulangi pengisian dengan air suling. Diperjelas dengan cara
meletakkan kertas putih yang bergaris hitam di belakang buret sekitar meniskus
untuk membaca meniskus air dalam buret tanpa garis putih biru. Posisi mata
harus selalu horizontal dengan bidang baca (meniskus) untuk menghindari
kesalahan paralaks. Dibersihkan tetesan air pada ujung kran selalu. Dikeluarkan
5 mL isi buret ke dalam erlenmeyer yang telah ditimbang tadi dengan kecepatan
6-10 mL/detik. Ditunggu 30 detik sebelum buret dibaca kembali dan dibaca
desimal yang kedua dalam mL. Ditentukan volume air yang dikeluarkan. Ditimbang
erlenmeyer + air dan dihitung volume air yang dikeluarkan dari buret tersebut
dengan menggunakan tabel 1. Ditentukan koreksinya. Diulangi percobaan sekali
lagi. Dilakukan hal yang sama untuk volume air yang dikeluarkan dan dibuat
grafik dari kalibrasi rata-rata persatuan mL sebagai ordinat dan bacaan buret
dalam mL sebagai absisnya.
BAB IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Data
Hasil Pengamatan Nilai Pengukuran Alat Volumetri
No.
|
Jenis
kalibrasi
|
Alat
yang digunakan
|
Massa
rata-rata (g)
|
1.
|
Kalibrasi
pipet volume 25 mL
|
Erlenmeyer +
air
Erlenmeyer
kosong
|
75.949
gram
51.140
gram
|
2.
|
Kalibrasi
labu ukur 100 mL
|
Labu ukur +
air
Labu ukur
kosong
|
155.635
gram
56.440
gram
|
3.
|
Kalibrasi
buret 50 mL
|
Erlenmeyer +
5 mL air
Erlenmeyer +
10 mL air
Erlenmeyer +
40 mL air
Erlenmeyer +
50 mL air
Erlenmeyer
kosong
|
56.380
gram
61.060
gram
91.330
gram
101.34
gram
51.140
gram
|
4.2. Pembahasan
Percobaan
pengkalibrasian ini dilakukan dengan mengkalibrasi alat ukur yaitu pipet volume
25 mL, labu ukur 100 mL, dan buret 50 mL dengan menggunakan air sebagai
bahannya karena kerapatannya yang telah diketahui. Prinsip kerja dari pipet
volume adalah memipet cairan secara kurang teliti dan tidak masuk pada
perhitungan penetapan kadar, prinsip kerja labu ukur adalah labu ukur memiliki ketelitian yang
tinggi sehingga sering digunakan untuk mengukur larutan secara teliti.
Sedangkan prinsip kerja buret adalah harus berada dalam keadaan bersih, kering,
dan bebas lemak sebelum digunakan. Sebelum titrasi dimulai, pastikan tidak ada
gelembung udara dibawah kran karena dapat menyebabkan kesalahan saat melakukan
titrasi. Untuk mengetahui nilai penyimpangan dari alat ukur, maka harus
diketahui terlebih dahulu massa air dan faktor koreksinya. Faktor koreksi
berguna untuk mengetahui seberapa besar kesalahan dalam kalibrasi.
Pengujian
pertama yaitu kalibrasi terhadap pipet volume yang dilakukan dengan membersihkan
pipet volume dengan menggunakan aquadest dan selanjutnya dikeringkan karena
untuk melakukan kalibrasi, alat yang akan digunakan harus sebaik-baik mungkin
untuk mendapatkan hasil kalibrasi yang sesuai harapan. Erlenmeyer kosong
ditimbang dan memiliki massa sebesar 51.14 gram. Digunakan erlenmeyer 100 mL
yang telah dibersihkan terlebih dahulu dan menghasilkan massa sebesar 75.949
gram dan massa air tanpa erlenmeyer adalah sebesar 24.809 gram, penggunaan
erlenmeyer sebagai media lain adalah karena pipet volume yang tidak
memungkinkan untuk ditimbang disebabkan bentuk pipet volume 100 mL yang sangat
panjang dan untuk mengetahui seberapa besar massa air yang terdapat dalam pipet
volume tersebut. Volume pipet adalah sebesar 24.9355 mL dan penyimpangan yang
diperoleh adalah -0.06. Tingkatan penyimpangan yang didapatkan berbeda dengan
toleransi yang diizinkan, toleransi yang diizinkan adalah sebesar 0.03.
Selanjutnya, pada pengujian kedua dilakukan juga pengkalibrasian
labu ukur 100 mL yang menghasilkan massa labu ukur kosong yaitu 56.44 gram dan
massa labu ukur yang berisi air adalah 155.635 gram. Massa air yang diperoleh
sebesar 99.195 gram. Volume labu ukur adalah sebesar 99.7008 dan nilai penyimpangannya
adalah -0.29 sedangkan toleransi yang diizinkan adalah 0.08 dan 0.16 sehingga
pengujian ini tidak memenuhi syarat kelas A maupun kelas B.
Media
lain yang digunakan untuk pengkalibrasian buret juga erlenmeyer. Berat
erlenmeyer kosong yang ditimbang adalah 51.14 gram sedangkan erlenmeyer yang
telah diisi air adalah 56.38 gram dan didapatkan massa air sebesar 5.24 gram.
Volume untuk buret adalah 5.26 mL dan nilai penyimpangannya adalah -44.74
sementara toleransi yang diizinkan adalah 0.01. Pada pengulangan kalibrasi
buret yang kedua dengan memasukkan air kedalam erlenmeyer sebanyak 10 mL lalu
ditimbang dan diperoleh hasil sebesar 61.06 gram. Massa air suling adalah
sebanyak 9.92 gram sedangkan volume buret adalah 9.97 mL. Nilai penyimpangan
yang didapatkan adalah -40,03 sementara toleransi yang diizinkam hanya sebesar
0.02 dan 0.04. Pengulangan yang ketiga dengan memasukkan air sebanyak 40 mL ke
dalam erlenmeyer dan setelah ditimbang, menghasilkan massanya sebesar 91.33 dan
massa air yang diperoleh adalah 40.19 gram. Volume buret 40 mL adalah 40.39
sedangkan penyimpangan yang didapatkan adalah sejumlah -10.39.
Pengulangan
kalibrasi yang keempat dengan menggunakan air sebanyak 50 mL yang dimasukkan ke
dalam erlenmeyer untuk ditimbang dan menghasilkan massa air dan erlenmeyer
sebanyak 101.34 gram, massa air yang diperoleh adalah sebesar 50.2 gram dan
volume buret (50 mL) adalah 50.45. Nilai penyimpangannya sejumlah 0.45 dan
berbeda jauh dengan toleransi yang diizinkan yaitu sebesar 0.05 dan 0.10 yang
berarti pengujian ini juga tidak memenuhi syarat kelas A dan kelas B.
Pengkalibrasian
sebaiknya dilakukan secara berulangan agar diperoleh data yang akurat. Hasil
yang didapatkan dari kalibrasi pipet, labu ukur, dan buret sangatlah berbeda
dengan toleransi yang diizinkan. Hal ini disebabkan karena praktikan yang
kurang teliti pada saat melakukan penimbangan. Suhu yang diukur dalam kalibrasi
pipet volume, labu ukur dan buret adalah 30oC atau 1.0051 jika
dilihat pada tabel. Pengaruh suhu pada percobaan ini adalah semakin tinggi
suhu, maka nilai volume yang diperoleh juga akan semakin tinggi. Grafik yang
dapat dibuat dari percobaan ini dapat berbentuk garis linear karena pada
pengkalibrasian buret, semakin banyak air yang digunakan seperti 50 mL, maka
penyimpangannya akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya.
BAB
V
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
- Bahan yang digunakan untuk pengkalibrasian alat ukur gelas adalah air karena kerapatan air telah diketahui pada berbagai temperatur dengan tepat dalam keadaan vakum.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kalibrasi adalah suhu, kelembaban, massa jenis, dan lain-lain.
- Untuk mengetahui suatu penyimpangan dari alat ukur, maka harus diketahui terlebih dahulu massa air dan faktor koreksinya.
- Faktor koreksi berguna untuk mengetahui seberapa besar kesalahan dalam kalibrasi alat.
- Semakin besar nilai penyimpangan yang diperoleh dari percobaan, maka semakin berkurang keakuratan suatu pengukuran.
- Grafik kalibrasi buret menunjukkan semakin besar volume air pada buret yang dikeluarkan, maka semakin kecil nilai penyimpangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afia R. Fitriani. 2007. Pengantar Six Sigma. Pengarang
asli oleh Lindsay., William., Evans, James. Selemba Empat. Jakarta.
A.Hadyana dan Ir. L setiono.1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Pengarang
asli oleh J. Basset., R.C. Denney., G.H. Jeffery., J. Medham. Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Ahmad, Hiskia, 2007, Kimia
Larutan. PT. Citra aditia bakti, Bandung.
Anwar Hadi. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan
Sampel Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fatimah, Soja. 2003. Kalibrasi dan Perawatan
Spektrofotometer UV-VIS. Bandung : FMIPA UPI.
ISO (Internasional Standar Operasional). 2005. ISO/IEC
17025 (Versi Bahasa Indonesia) Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium
Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
Khopkar S.M. 2002. Konsep
Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
No comments:
Post a Comment