Amina dan Amida

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Di alam banyak sekali kita jumpai senyawa, baik itu senyawa organik maupun senyawa anorganik, ataupun senyawa kompleks dan senyawa sederhana. Kali ini akan dibahas mengenai salah satu senyawa organik sederhana, atau lebih spesifik lagi membahas tentang amina dan amida.
Amina merupakan keluarga ammonia yang terdapat di alam dan memainkan peranan penting dalam banyak teknologi modern. Salah satu manfaat dari amina yaitu dapat digunakan sebagai pereda nyeri yang kita kenal dengan nama morfina, yang dijumpai pada biji opium dan putresina yaitu salah satu dari beberapa poliaminan yang menyebabkan bau tidak enak dari daging busuk. Diamina yang paling banyak dibuat oleh manusia yaitu 1,6-diaminoheksana, digunakan dalam sintesis nilon.
Turunan amina yang dikenal sebagai garam kuartener juga menyentuh kehidupan kita sehari-hari dalam bentuk detergen sintetik. Beberapa neorotoksin juga termasuk dalam keluarga ini. Senyawa tersebut meracun karena mengganggu peranan asetil kolina, juga garam ammonium kuartener yang beperan dalam transmisi impuls syaraf.
Amida dapat diturunkan dari asam, dimana gugus –OH diganti dengan NH2 atau amoniak, dimana 1 H diganti dengan asli. Amida adalah turunan dari asam karboksilat yang bersifat netral. Pembentukan senyawa amida dapat dilakukan dengan mereaksikan suatu amina karboksilat dengan suatu asil halida atau anhidrida asam pada kondisi yang cocok. Untuk mengetahui lebih dalam senyawa amina dan amida maka dilakukan percobaan ini.

1.2    Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat dari berbagai senyawaan amina dan amida.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Amina adalah suatu senyawa yang mengandung gugusan amino. Gugusan amino mengandung nitrongen terikat kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil) dan sejumlah atom hidrogen (tidak ada, satu atau dua). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbon karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina. Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau tersier (R3N), tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada atom nitrogen (bukan pada atom karbon, seperti pada alkohol) (Achmadi, 2005).
Beberapa (1o) Amin Primer (satu karbon terikat kepada N), beberapa (2o) Amin Sekunder (dua karbon terikat kepada N) dan beberapa (3o) Amin Tersier (tiga karbon terikat kepada N). Contohnya adalah sebagai berikut:

Sedangkan hubungan antara amonia dan amina digambarkan oleh struktur berikut :

Amina alifatik sederhana biasanya diberi nama dengan menulis substituenalkyl atau aril dan menambahkan akhiran –amina. Bagian dari nama amina digabung dalam satu kata.

Amina heterosikalik, dengan nitrogen didalam cincin, mempunyai nama sendiri, contohnya piridin (Roehayati,1988).
Amida adalah senyawa yang ditutunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH menjadi gugus NH2. Amida sangat polar dan mudah membentuk ikatan hidrogen. Titik didihnya tinggi dibandingakan senyawa lain dengan bobot molekul yang sama namun substitusi aktif pada nitrogen cenderung menurunkan titik didih dan titik lelehnya karena menurunnya kemampuan membentuk ikatan hidrogen. Artinya amida yang mengandung gugusan N-H mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi daripada amida yang mengandung NR. Amida dengan kelompok NH2 bisa didehidrasi dengan sebuah nitril. Dengan demikian rumus umum untuk amida adalah: R-CO-NH2. Kelarutan dari amida dan ester secara kasar sebanding. Biasanya amida kurang larut dibandingkan amina dan asam karboksilat yang sebanding karena senyawa ini dapat dengan baik menyumbangkan dan menerima ikatan hidrogen (Rahayu, 2005).
Amida bereaksi dengan nukleofil, misalnya ia dapat dihidrolisis dengan air. Amida lebih polar karena ikatan O-H lebih kuat dari N-H oleh karena keelektronegatifnya. Ketiga jenis amina bereaksi dengan air, dan seperti amonia, membentuk ion ammonium (atau ion ammonium tersubstitusi) dan ion hidroksida. Persamaan reaksi antara amonia dan amina primer dengan air, adalah sebagai berikut :

Larutannya adalah basa lemah karena kesetimbangan bergeser jauh ke kiri. Kebasaan amina alifatik sebanding dibandingkan amonia. Karena amina bersifat basa, maka apabila senyawa ini bereaksi dengan asam menghasilkan garam. Amina yang biasanya tidak larut air, umumnya larut dalam asam karena pembentukan garam yang bersifat larut air.

Hidrolisis asam pada amida sekunder menghasilkan asam karboksilat dan garam ammonium tersubstitusi apabila larutanya basa. Asam karboksilat dan garam ammonium terbentuk apabila amida primer dipanaskan dalam larutan asam (X adalah anion dari asam kuat) (Pudjaatmaka, 1992).

Hidrolisis basa pada amida primer menghasilkan garam karboksilat dan amonia.

Amonia dapat dideteksi dari baunya selama hidrolisis basa berlangsung. Hidrolisis basa pada amida sekunder menghasilkan garam karboksilat dan amina. Urea, seperti halnya amida lain, dapat dihidrolisis dalam larutan asam atau basa. Satu-satunya segi tak lazim pada hidrolisis asam adalah pembentukan asam karbonat, H2CO3 yang segera terombak menjadi CO2 dan H2O. garam natrium dari asam karbonat, yaitu natrium karbonat, terbentuk dalam hidrolisis basa (Achmadi, 1993).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, erlenmeyer, penyaring, corong, alat titik lebur, pembakar gas, tutup tabung, batang pengaduk dan penangas es.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu anilin, metil anpek NaOH encer, NaOH 10%, benzensulfonilklorida, HCl pekat, metil iodida,  asetamida, NaOH 8 N, kertas lakmus, asam sulfat encer, ureum, lart. Ca(OH)2, HgO, Na.nitrit.
3.2  Cara Kerja
3.2.1 Amina
       a.     Sifat-Sifat Umum
tiga tabung reaksi masing-masing diisi dengan 5 ml HCl encer dan 5 ml NaOH encer. Pada tabung 1 tambahkan 2 tetes anilin. Tabung II tambahkan 2 tetes metil anilin dan tabung III tambahkan 2 tetes dimetil anilin.

       b.     Uji Heisenberg
sepuluh ml larutan NaOH 10% tambahkan 14 tetes benzensulfonilklorida dan 8 tetes anilin, dikocok dan diamati, panaskan pelan-pelan jangan sampai mendidih sampai bau benzensulfonilklorida hilang. Dinginkan sampai mencapai suhu kamar, catat dan amati. Bila terjadi endapan, saring dan endapan dicuci dengan sedikit air. Kristalkan dengan menambahkan 5 ml etanol 70%, tentukan titik leburnya. Cara kerja diulang dengan menggantikan anilin dengan metil anilin dan dimetil anilin.

       c.     Dalam tabung reaksi kering masukkan 1 ml anilin dan tambahkan 2 ml etil iodida, tutup tabung, lalu biarkan sambil sesekali dikocok selama 20 menit atau sampai timbul kristal. Ulangi cara  kerja dengan metil anilin dan dimetil anilin.

3.2.2 Amida
                 a.     Hidrolisa
          0,2 gram asetamida ditambah 2 ml lart. NaOH 8 N, panaskan, uji gas yang keluar                   dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi air. Ulangi percobaan dengan ureum, amati dan         catat. Kemudian 0,5 gram astamida dipanaskan dengan 5 ml asam sulfat encer, uji gas yang                  keluar dengan kertas lakmus biru yang basah. Catat bau gas yang keluar.
        b.    Reaksi Terhadap HNO2
            0,3 gram asetamida ditambah dengan 0,3 gram Na. Nitrit dalam 5 ml air. Dinginkan             dalam penangas es. Lalu tambahkan larutan asam sulfat encer, bakar gas yang keluar, amati dan          catat. Ulangi cara kerja dengan ureum dan gas yang keluar diuji dengan lart. Ca(OH)2 yang                 dibasahkan pada batang pengaduk di mulut tabung, amati dan catat hasilnya.

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1  Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan
No.
Skema Kerja
Hasil Pengamatan
1.
Amina
a.     NaOH + Anilin
     HCl + Anilin
b.     NaOH + C6H6 + Anilin
     NaOH + C6H6 + Anilin
  
     NaOH + C6H6 + Anilin

Anilin tidak larut.
Anilin larut dalam HCl.
Bau amis dan berbau ammoniak.
Baunya hilang.

Terbentuk kristal tapi dalam jumlah yang sedikit.
2.
Amida
a.     Asetamida + NaOH

     Asetamida + H2SO4
                                            
b.     Asetamida + NaNO2 + H2O
     Asetamida + NaNO2 + H2O


Lakmus merah berubah menjadi berwarna biru.
Lakmus biru berubah menjadi berwarna merah.
Terdapat sedikit gelembung.
Banyak gelembung dan dinding tabung menjadi kuning.

4.2  Pembahasan
Amina adalah suatu senyawa organik turunan dari ammoniak dengan satu atau lebih gugus organik (R) yang mensubstitusi atom H. penggolongannya didasarkan pada jumlah atom H yang terikat pada atom hidrogen. Pergantian satu atom hidrogen pada atom nitrogen menghasilkan amina primer, RNH2. Amina sekunder mempunyai rumus berjenis R2NH dan amina tersier memiliki rumus R3N. Sifat-sifat umum amina adalah larut dalam air, terutama yang berwujud cair atau gas, berbau menyengat seperti ammoniak, dua suku pertama berwujud gas pada suhu ruang, suku-suku tengah berwujud cair pada suhu ruang, dan suku-suku tinggi berwujud padatan pada suhu ruang. Amida adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nitrogen trivalen yang terikat pada suatu gugus karbonil dan merupakan turunan dari asam karboksilat yang sangat tidak reaktif, dimana gugus –OH diganti dengan –NH2 atau ammoniak. Golongan senyawa amida terbentuk lewat reaksi dari asam organik amina.
Dilakukan 4 pengujian pada percobaan yang berjudul amina dan amida ini, yaitu terhadap sifat-sifat umum amina, uji Heisenberg, hidrolisa, dan reaksi terhadap HNO2. Pada pengujian pertama, yaitu terhadap sifat-sifat umum amina diperoleh hasil yaitu reaksi antara NaOH dengan anilin menghasilkan anilin yang tidak larut dalam campuran kedua senyawa tersebut, sedangkan pada reaksi HCl dengan anilin menghasilkan anilin yang larut dalam kedua campuran. Hal tersebut disebabkan oleh amina adalah suatu senyawa yang memiliki sifat basa sehingga apabila direaksikan dengan asam maka akan menghasilkan garam dan larut dalam pelarutnya. Sedangkan jika direaksikan dengan basa maka amina tidak akan larut kedalam pelarut basa yang digunakan.
Pada uji Heisenberg, reaksi antara NaOH dengan C6H6 dan anilin menghasilkan gas yang berbau ammoniak dan berbau amis, ketika dipanaskan bau tersebut hilang dan ketika didinginkan kembali terbentuk kristal dalam jumlah yang sedikit dan basah sehingga tidak bisa diuji titik lelehnya. Gas yang berbau amis tersebut dihasilkan oleh anilin karena anilin adalah suatu senyawa yang berbau busuk. Dalam sebuah literatur, anilin mempunyai bau ikan busuk karena anilin merupakan aromatik prototipikal dan hal tersebut juga membuktikan bahwa amina adalah suatu senyawa yang berbau menyengat, sedangkan untuk kristal yang terbentuk diletakkan dikertas saring, kristal dibasahkan dengan aquadest dan dicuci dengan etanol, fungsinya adalah untuk menghilangkan pengotor yang terdapat pada kristal, hal tersebut dibuktikan dengan berubahnya warna kristal yang semula berwarna coklat menjadi warna putih.
Selajutnya uji hidrolisa (pengujian terhadap amida). Reaksi antara NaOH dan asetamida ketika dipanaskan uap (gas) yang dihasilkan merubah lakmus merah menjadi warna biru. Hal tersebut menjelaskan bahwa campuran (reaksi) antara asetamida dan NaOH adalah campuran yang menghasilkan larutan bersifat basa. Sedangkan reaksi antara asetamida dan H2SO4 ketika dipanaskan uap (gas) yang dihasilkan merubah lakmus biru menjadi warna merah. Hal ini menjelaskan bahwa campuran antara asetamida dan H2SO4 adalah campuran yang menghasilkan larutan bersifat asam. Hidrolisa asam pada amida menghasilkan asam karboksilat dan garam ammonium tersubstitusi apabila larutannya basa. Sedangkan hidrolisa basa pada amida menghasilkan garam karboksilat dan ammoniak.
Pengujian terakhir yaitu uji terhadap HNO2, diperoleh hasil reaksi antara asetamida dengan NaNO2 dan H2O yang direaksikan dengan katalis H2SO4 pekat ketika didinginkan dipenangas es menghasilkan sedikit gelembung yang tidak terlalu terlihat. Sedangkan ketika dipanaskan menghasilkan gelembung yang lebih banyak dan warna pada dinding tabung menjadi kuning, hal tersebut disebabkan oleh sifat H2SO4 yang asam sehingga ketika dipanaskan menghasilkan korosif (karatan yang berwarna kuning) di sekitar dinding tabung reaksi. Penggunaan penangas es disebabkan oleh H2SO4 pekat memiliki sifat yang sangat sensitif sehingga sangat mudah untuk bereaksi (meledak), H2SO4 pekat juga suatu senyawa yang bersifat panas, hal tersebut juga yang mengakibatkan reaksi ini menghasilkan gelembung-gelembung kecil yang berasal dari gas H2 yang nyaris tidak terlihat karena tertutupi oleh es.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang berjudul amina dan amida ini, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.        Amina adalah suatu senyawa yang bersifat basa sehingga larut dalam senyawa yang bersifat asam dan menghasilkan garam, tetapi tidak larut dalam senyawa yang bersifat basa.
2.        Pada uji Heisenberg, gas berbau yang dihasilkan berasal dari senyawa anilin, hal tersebut membuktikan bahwa amina adalah senyawa yang mempunyai bau menyengat.
3.        Pada pengujian asetamida dengan NaOH menghasilkan larutan yang bersifat basa dan pengujian asetamida dengan H2SO4 menghasilkan larutan yang bersifat asam.
4.        Pada pengujian HNO2, Asetamida + NaNO2 + H2O dengan katalis asam sulfat menghasilkan gelembung yang sangat sedikit ketika didinginkan di penangas es, ketika dipanaskan menghasilkan gelembung yang banyak dan merubah warna dinding tabung menjadi kuning.
Penggunaan penangas es karena H2SO4 merupakan senyawa yang sangat sensitif sehingga mudah sekali bereaksi dan H2SO4 juga suatu senyawa yang bersifat panas.

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar. 1993. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid Ketiga. Terjemahan dari Basic Chemistry Principles and Modern Applied Fourth Edition Vol 3 oleh Pettruci. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Achmadi, Suminar. 2005. Kimia untuk Pemula Edisi Ketiga. Terjemahan dari Chemistry for Beginners Thirth Edition oleh Golberg. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Pudjaatmaka, A.H. 1992. Kimia Untuk Universitas. Terjemahan dari General College Chemistry oleh Keenan. Erlangga, Jakarta.
Rahayu, Dwi. 2005. Kimia Organik. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Roehayati. 1988. Kimia Organik. Terjemahan dari Oganik Chemistry oleh Stanley. ITB, Bandung.

No comments:

Post a Comment

Penentuan Entalpi Pembakaran Dengan Menggunakan Bom Kalorimeter

BAB I PENDAHULUAN 1.1         Latar Belakang Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan m...